Senin, 18 Juli 2011

Elegi Dini Hari

di rahim subuh yg perawan

elegi ini bermula

mengiaskan degup yg teramat lirih..

di kuncup-kuncup biru, aku melihatmu,

penguasa karang raya

serupa bayang tak jelas yg mendobrakku keras

jk saja aku mewarisi tongkat Musa,

akn kulawan sgala sihir yg meliputimu,

yg telah merantaiku di pusaran rindumu

rindu yg benar dn pzti akn smkn mmbwtku terintimidasi

tak bisakah kau mjd hmpa dn tiada?

hingga benar dn pzti aku tk kn melihatmu lagi

meski dalm angin yg merampas rusukku

Penguasa karang raya, udara mcam ap yg meliputimu?

rasa ini,

rasa yg salah.

tp knp ia tak mw musnah?

aku lelah menopang hati yg begini lemah

dn di terantara pilar2 yg mencuat dr inti bumi,

ku genggam ikrar bisa dalam riak hati

"Suatu wktu,akn kubuat langitku jingga tnp bayngmu!"

dan elegi ini, masih elegi sunyi

mengendap di bwh reruntuhan pelangi

Bingkai Usang menyapaku lebih dini

berusaha menggapaiku dg percik seadanya

yg tk kuketahui dr mna ia bermula

enam matahari meradang di langitnya

dia meratap

ku jejakkan kaki2 lusuh pada rangka kayu

ia tersenyum,"puasilah aku dg jejak2 itu!"

bingkai usang msh setia mski terabaikan

kulempar satu arah padanya

dn dy menggamit erat, tk mw lepas.

mski teronggok di pojok gelap berduri,

sinarnya tk hnti merabaku

mncri aku yg tk prnah mmberi satu helapun unt.ny

enam matahri yg meradang di langitnya,

mengingtkn bhwa aku terlampau jauh berlalu.

ijinkn aku mengupas perihmu ats keangkuhanku

dan jangan harapkan aku lebih dari itu!

dan elegi ini, elesi dini hari

mengudara lewat sekat2 tak berbatas

tangkai lurus yg msih tumbuh

menuntunku ke samudra angkasa

menunjuki celah2 yg dulunya hampa

tnp lelah menopangku,

ku katakan padamu,

aku masih ulat kecil peragu

blm tba waktuku menjelma kupu-kupu

dan elegi ini, elegi nyanyian hati

menerabas atmosfer,menguasai bumi

08-06-11

Kupu-kupu Morpho Biru