di rahim subuh yg perawan
elegi ini bermula
mengiaskan degup yg teramat lirih..
di kuncup-kuncup biru, aku melihatmu,
penguasa karang raya
serupa bayang tak jelas yg mendobrakku keras
jk saja aku mewarisi tongkat Musa,
akn kulawan sgala sihir yg meliputimu,
yg telah merantaiku di pusaran rindumu
rindu yg benar dn pzti akn smkn mmbwtku terintimidasi
tak bisakah kau mjd hmpa dn tiada?
hingga benar dn pzti aku tk kn melihatmu lagi
meski dalm angin yg merampas rusukku
Penguasa karang raya, udara mcam ap yg meliputimu?
rasa ini,
rasa yg salah.
tp knp ia tak mw musnah?
aku lelah menopang hati yg begini lemah
dn di terantara pilar2 yg mencuat dr inti bumi,
ku genggam ikrar bisa dalam riak hati
"Suatu wktu,akn kubuat langitku jingga tnp bayngmu!"
dan elegi ini, masih elegi sunyi
mengendap di bwh reruntuhan pelangi
Bingkai Usang menyapaku lebih dini
berusaha menggapaiku dg percik seadanya
yg tk kuketahui dr mna ia bermula
enam matahari meradang di langitnya
dia meratap
ku jejakkan kaki2 lusuh pada rangka kayu
ia tersenyum,"puasilah aku dg jejak2 itu!"
bingkai usang msh setia mski terabaikan
kulempar satu arah padanya
dn dy menggamit erat, tk mw lepas.
mski teronggok di pojok gelap berduri,
sinarnya tk hnti merabaku
mncri aku yg tk prnah mmberi satu helapun unt.ny
enam matahri yg meradang di langitnya,
mengingtkn bhwa aku terlampau jauh berlalu.
ijinkn aku mengupas perihmu ats keangkuhanku
dan jangan harapkan aku lebih dari itu!
dan elegi ini, elesi dini hari
mengudara lewat sekat2 tak berbatas
tangkai lurus yg msih tumbuh
menuntunku ke samudra angkasa
menunjuki celah2 yg dulunya hampa
tnp lelah menopangku,
ku katakan padamu,
aku masih ulat kecil peragu
blm tba waktuku menjelma kupu-kupu
dan elegi ini, elegi nyanyian hati
menerabas atmosfer,menguasai bumi
08-06-11
Kupu-kupu Morpho Biru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar